Thursday 5 February 2015

Bersabarlah Menanti Cinta!



Assalamualaikum wahai sahabatku yang dirindui!! Aiwah! rindu merindu plak daaa…...hurm itulah dinamakan sebagai mahabbah kan??hehe.. nak tahu tak, masa ana balik cuti tempoh hari,ramai jea sahabat2 ana kawen awal…bila meliht kawan smua pakat kawen awal trase sedikit cmburu..nak jugak! nak jugak! hehe tapi pada msa yang sama teringt  1 kisah pernah seorang maulana bercerita tentang menanti cinta.Sebagaimana Fitman Allah sawt dalm Surah al Nahl ayat 92 yang bermaksud

   dan janganlah kamu menjadi seperti perempuan Yang telah merombak satu persatu benda Yang dipintalnya, sesudah ia selesai memintalnya kuat teguh; Dengan kamu menjadikan sumpah kamu sebagai tipu daya (untuk mencabuli perjanjian Yang telah dimeteraikan) sesama kamu, disebabkan adanya satu golongan Yang lebih ramai dari golongan lain. Sesungguhnya Allah hanya mahu menguji kamu Dengan Yang demikian itu; dan ia sudah tentu akan menerangkan kepada kamu, pada hari kiamat, apa Yang kamu berselisihan padanya.

 


Di antara rumah-rumah penduduk Makkah, terdapat sebuah rumah di kawasan Bani Makhzum. Salah seorang penghuninya adalah seorang gadis. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Makkah. Gadis itu bernama Rithah Al-Hamqa.
Setelah usianya menginjak remaja, hatinya mulai terbuka untuk menjalani kehidupan seperti lazimnya para wanita, yaitu mempunyai suami dan anak-anak. Dia sering melamun dan menghayalkan siapa pendamping hidupnya. Hari demi hari tak ada satu pun laki-laki yang datang untuk menjadi calon suaminya. Rithah pun mulai khawatir, usianya kini sudah tua namun belum juga memiliki pasangan. Setiap hari ia termenung dan murung. Melihat Rithah seperti itu, ibunya pun pontang-panting mencarikannya laki-laki yang mau menjadi suami Rithah. Ayahnya, Umar pun sampai pergi ke dukun-dukun dan menghabiskan banyak hartanya hanya agar Rithah bertemu dengan jodohnya.
Namun ternyata usaha mereka gagal. Dukun-dukun yang memberikan janji ternyata hanya bohong belaka. Rithah pun yang melihat usaha orangtuanya gagal menjadi murung dan putus asa. Ia begitu khawatir, jodohnya belum juga datang, sementara umurnya sudah semakin tua.
Hingga suatu saat ibunya membawa pemuda tampan yang bersedia menjadi suami Rithah. Namun ayah Rithah meninggal terlebih dahulu sebelum Rithah menikah. Ayahnya mewariskan harta yang berlimpah ruah pada Rithah. Rithah yang sudah sangat ingin menikah pun menyetujui pemuda itu menjadi suaminya. Akhirnya hari yang dinanti-nantikan Rithah pun datang. Ia menikah dengan pemuda tampan yang ia yakini dia-lah jodoh yang selama ini dinanti-nantikannya.
Selang beberapa bulan kemudian, muncul keanehan dalam diri suami Rithah. Ternyata suami Rithah hanya menginginkan harta yang melimpah dari Rithah. Setelah suami Rithah mengeruk harta Rithah, ia pun pergi meninggalkan Rithah. Rithah yang pernikahannya baru seumur jagung, kini harus menghadapi kenyataan yang pahit. Pemuda yang dulu ia percaya sebagai pendamping hidupnya ternyata menjadi pengkhianat dalam kehidupannya, meninggalkan luka dan kepedihan bagi Rithah.
Setiap hari, Rithah selalu murung tanpa semangat. Gairah hidupnya sudah redup. Lama kelamaan pikirannya pun terganggu. Ia mengambil gulungan benang yang kusut, lalu dipintal. Setelah ia selesai memintalnya, ia kusutkan kembali lalu memintalnya kembali. Hal itu ia lakukan setiap hari hingga akhir hayatnya..

Sahabat, kisah diatas direkam oleh Allah melalui al-Qur'an. Kisah di atas memberikan pesan pada kita semua tentang makna bersabar. Jodoh, rezeki, dan kematian kita adalah rahasia Allah. Yang perlu kita lakukan adalah bersabar menunggu dan berikhtiar untuk mendapatkannya. Seperti halnya jodoh, setiap orang memiliki waktunya sendiri untuk mendapatkan jodohnya masing-masing. Kita banyak melihat fenomena seperti kisah di atas, ketidaksabaran, terlalu buru-buru mengambil keputusan, terlalu cepat melakukan sesuatu.
Sahabat, tidak selamanya lebih cepat lebih baik. Adakalanya kita harus melakukan sesuatu dengan seimbang dan tepat pada waktunya. Karena tidak mungkin kita mengambil buah yang masih mentah dari pohonnya. Masalah waktu dan dengan siapa, itu diatur semuanya oleh Allah. Tugas kita hanyalah berikhtiar dan bersabar. Jadi, kita renungkan kembali diri kita, jangan sampai diri kita selalu tegesa-gesa dengan ketentuan Allah, sebagaimana Rasulullah bersabda, "Tergesa-gesa adalah termasuk perbuatan syaitan." (HR. Tirmidzi). Jangan sampai diri kita dikuasai oleh nafsu dan keinginan. Pasrahkan semua perkara pada Allah dan jadikanlah sabar sebagai penolong kita. Yakinlah bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya.
Wallahu a'lam

No comments:

Post a Comment