Assalamualaikum wahai sahabatku yang
dirindui!! Aiwah! rindu merindu plak daaa…...hurm itulah dinamakan sebagai
mahabbah kan??hehe.. nak tahu tak, masa ana balik cuti tempoh hari,ramai jea
sahabat2 ana kawen awal…bila meliht kawan smua pakat kawen awal trase sedikit
cmburu..nak jugak! nak jugak! hehe tapi pada msa yang sama teringt 1 kisah pernah seorang maulana bercerita
tentang menanti cinta.Sebagaimana Fitman Allah sawt dalm Surah al Nahl ayat 92 yang bermaksud
dan janganlah kamu menjadi seperti perempuan Yang telah merombak satu persatu benda Yang dipintalnya, sesudah ia selesai memintalnya kuat teguh; Dengan kamu menjadikan sumpah kamu sebagai tipu daya (untuk mencabuli perjanjian Yang telah dimeteraikan) sesama kamu, disebabkan adanya satu golongan Yang lebih ramai dari golongan lain. Sesungguhnya Allah hanya mahu menguji kamu Dengan Yang demikian itu; dan ia sudah tentu akan menerangkan kepada kamu, pada hari kiamat, apa Yang kamu berselisihan padanya.
Di antara rumah-rumah penduduk
Makkah, terdapat sebuah rumah di kawasan Bani Makhzum. Salah seorang
penghuninya adalah seorang gadis. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Makkah. Gadis
itu bernama Rithah Al-Hamqa.
Setelah usianya menginjak remaja,
hatinya mulai terbuka untuk menjalani kehidupan seperti lazimnya para wanita,
yaitu mempunyai suami dan anak-anak. Dia sering melamun dan menghayalkan siapa
pendamping hidupnya. Hari demi hari tak ada satu pun laki-laki yang datang
untuk menjadi calon suaminya. Rithah pun mulai khawatir, usianya kini sudah tua
namun belum juga memiliki pasangan. Setiap hari ia termenung dan murung.
Melihat Rithah seperti itu, ibunya pun pontang-panting mencarikannya laki-laki
yang mau menjadi suami Rithah. Ayahnya, Umar pun sampai pergi ke dukun-dukun
dan menghabiskan banyak hartanya hanya agar Rithah bertemu dengan jodohnya.
Namun ternyata usaha mereka gagal.
Dukun-dukun yang memberikan janji ternyata hanya bohong belaka. Rithah pun yang
melihat usaha orangtuanya gagal menjadi murung dan putus asa. Ia begitu
khawatir, jodohnya belum juga datang, sementara umurnya sudah semakin tua.
Hingga suatu saat ibunya membawa
pemuda tampan yang bersedia menjadi suami Rithah. Namun ayah Rithah meninggal
terlebih dahulu sebelum Rithah menikah. Ayahnya mewariskan harta yang berlimpah
ruah pada Rithah. Rithah yang sudah sangat ingin menikah pun menyetujui pemuda
itu menjadi suaminya. Akhirnya hari yang dinanti-nantikan Rithah pun datang. Ia
menikah dengan pemuda tampan yang ia yakini dia-lah jodoh yang selama ini
dinanti-nantikannya.
Selang beberapa bulan kemudian,
muncul keanehan dalam diri suami Rithah. Ternyata suami Rithah hanya
menginginkan harta yang melimpah dari Rithah. Setelah suami Rithah mengeruk
harta Rithah, ia pun pergi meninggalkan Rithah. Rithah yang pernikahannya baru
seumur jagung, kini harus menghadapi kenyataan yang pahit. Pemuda yang dulu ia
percaya sebagai pendamping hidupnya ternyata menjadi pengkhianat dalam
kehidupannya, meninggalkan luka dan kepedihan bagi Rithah.
Setiap hari, Rithah selalu murung
tanpa semangat. Gairah hidupnya sudah redup. Lama kelamaan pikirannya pun
terganggu. Ia mengambil gulungan benang yang kusut, lalu dipintal. Setelah ia
selesai memintalnya, ia kusutkan kembali lalu memintalnya kembali. Hal itu ia
lakukan setiap hari hingga akhir hayatnya..
Sahabat, kisah diatas direkam oleh
Allah melalui al-Qur'an. Kisah di atas memberikan pesan pada kita semua tentang
makna bersabar. Jodoh, rezeki, dan kematian kita adalah rahasia Allah. Yang
perlu kita lakukan adalah bersabar menunggu dan berikhtiar untuk
mendapatkannya. Seperti halnya jodoh, setiap orang memiliki waktunya sendiri
untuk mendapatkan jodohnya masing-masing. Kita banyak melihat fenomena seperti
kisah di atas, ketidaksabaran, terlalu buru-buru mengambil keputusan, terlalu
cepat melakukan sesuatu.
Sahabat, tidak selamanya lebih cepat
lebih baik. Adakalanya kita harus melakukan sesuatu dengan seimbang dan tepat
pada waktunya. Karena tidak mungkin kita mengambil buah yang masih mentah dari
pohonnya. Masalah waktu dan dengan siapa, itu diatur semuanya oleh Allah. Tugas
kita hanyalah berikhtiar dan bersabar. Jadi, kita renungkan kembali diri kita,
jangan sampai diri kita selalu tegesa-gesa dengan ketentuan Allah, sebagaimana
Rasulullah bersabda, "Tergesa-gesa adalah termasuk perbuatan
syaitan." (HR. Tirmidzi). Jangan sampai diri kita dikuasai oleh
nafsu dan keinginan. Pasrahkan semua perkara pada Allah dan jadikanlah sabar
sebagai penolong kita. Yakinlah bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya.
Wallahu a'lam